Rabu, 10 Juni 2009

Rangsangan Yang Melenakan

Mungkin Anda termasuk orang yang sering mendengar atau membaca pendapat yang menyatakan bahwa tayangan TV sekarang ini cenderung berdampak buruk terhadap masyarakat luas. Acara-acara sinetron, infotainment, film misteri, bahkan kartun disinyalir lebih menonjolkan kemewahan, kemolekan wanita, dan hal-hal yang meracuni akal seperti syirik, kekerasan, dan lain sebagainya. Penulis memandang bahwa apapun materi siaran yang ditayangkan oleh TV adalah sumber rangsangan yang dapat mempengaruhi akal dan kepribadian seseorang. Terutama sekali bagi mereka golongan usia anak-anak dan remaja yang nota bene masih rentan terhadap rangsangan dari luar. Disini kita dapat mengetengahkan hubungan yang linear antara materi pornografi dengan kasus perkosaan, materi kekerasan dengan kejahatan, bahkan tayangan kemewahan dapat merangsang seseorang untuk melakukan korupsi. Bisakah hal ini terjadi? Tentu menjadi hal yang menarik untuk dicari jawabannya.

Bahwa persoalan tingkah laku manusia adalah menyangkut boleh dan tidak boleh. Disinilah semuanya berawal. Sesuatu yang dibolehkan tentu saja menjadi ringan untuk dikerjakan namun hasilnya tidak selalu menyenangkan. Namun sebaliknya sesuatu yang dilarang untuk dilakukan bisa jadi malah menyenangkan bila dilakukan. Nah, dalam konteks ini tayangan TV yang menyerempet norma atau agama dapat saja diterima dan disiarkan dengan alasan menghibur, meningkatkan rating, atau sesuai selera masyarakat. Atas nama hiburan yang lagi booming saat ini bisa saja para pelaku menayangkan hal-hal yang sensasional, heboh, seksi, dan bermewah-mewahan. Atau bahkan hal-hal yang tidak wajar dan tidak sopan sekalipun menjadi sah-sah saja dengan alasan hal tersebut menghibur.

Ironisnya masyarakat yang telah terbiasa melihat hal ini setiap hari akan cenderung menganggap hal-hal yang menyerempet larangan tadi menjadi lumrah dan akhirnya akan membenarkan begitu saja. Parahnya masyarakat cenderung menjadikannya sebagai ukuran untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-harinya. Jadilah rangsangan-rangsangan tersebut menguat sehingga lambat laun menjebol aturan norma dan kebiasaan seseorang yang dapat memicu munculnya fenomena baru. Sebagai contoh, rangsangan kemewahan materi dapat mendorong seseorang melakukan korupsi dan tindakan menyimpang lainnya.

Lalu ada alasan menarik yang sering dilontarkan oleh insan per-TV-an bahwa apa yang mereka tayangkan adalah semata-mata memotret realitas yang terjadi di masyarakat. Sebenarnya tayangan TV yang mempengaruhi masyarakat ataukah tingkah laku masyarakat yang mempengaruhi tayangan TV? Penulis disini berpendapat bahwa kedua-duanya betul, hanya saja tayangan TV lebih berperan karena biasanya tayangan-tayangan itu telah dibumbui dengan kemasan yang apik yang lebih dapat memukau ataupun melenakan masyarakat.

Disinilah perlu disadari bahwa sebuah perubahan yang positif di masyarakat hendaknya didorong oleh tuntunan pemikiran yang dihasilkan oleh kalangan cendekia dan pemikir yang handal dan bukan oleh tontonan yang dihasilkan oleh orang-orang yang oportunis dan memetingkan kepentingan sesaat. Hasil-hasil budaya manusia yang unggul, seperti; teknologi, seni, filsafat, ilmu pengetahuan dan lain-lain hendaknya dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kebaikan bersama. Dan perlu diingat bahwa sebuah keterlanjuran akan sangat susah sekali untuk ditarik kembali. Menyebarnya virus korupsi, pornografi, dan paham-paham yang menyesatkan lainnya akan menjadi sebuah bekas luka yang akan sulit dihapuskan oleh sejarah kecuali sejarah itu sendiri memulai dirinya dari awal yang menandai hancurnya peradaban sebelumnya. Mudah-mudahan kita terhindar dari kerusakan dan semoga akan makin banyak orang yang berkarakter membangun dan memperbaiki daripada orang-orang yang suka merusak dan mementingkan diri sendiri. Amin !

1 komentar:

  1. Menjadi suatu hal yang sulit dilaksanakan walaupun mestinya mudah untuk dilakukan. Ya semua itu bergantung dari sudut pandang siapa dan dari mana melihatnya pak. Mestinya ukuran masyarakat umum menjadi sudut pandang siapa dan dari mana-nya. Kira-kira begitu ya pak.

    Tapi ada rangsangan yang mesti dilakukan sebagai syarat untuk melakukan sesuatu lho pak.

    he..he..he

    BalasHapus