Rabu, 10 Juni 2009

Kepekaan Sosial Dalam Kebebasan Berekspresi

Kita dapat mengistilahkan era sekarang ini sebagai era kebebasan berekspresi. Hal ini dibuktikan dengan makin terbukanya sistem politik yang berdemokrasi yang nota bene menjamin kebebasan berpendapat dan berkelompok. Juga dalam bidang yang lain kebebasan ini mulai dapat dilaksanakan seperti dalam hal kemasyarakatan, berbisnis, seni, dan bahkan pergaulan. Tentu dari sudut pandang perkembangan kehidupan berbangsa kedepan hal ini sangat menguntungkan karena membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk mengoptimalkan / mengekspresikan sumber daya, bakat, dan keinginan yang dimilikinya tanpa takut oleh tekanan-tekanan dari pihak penguasa.

Kebebasan semacam ini akan memacu persaingan yang positif dikalangan masyarakat sehinga secara keseluruhan akan memberikan stimulasi yang berarti bagi kemajuan bangsa nantinya. Kita bisa bayangkan apabila sistem yang dijalankan di Negara ini bebas dari yang namanya manipulasi dan rekayasa, maka kemajuan itu akan dapat dicapai oleh karya-karya terbaik warga Negara ini yang telah sadar dan mampu memanfaatkan kebebasan berekspresi tersebut. Satu kalimat yang tepat adalah "kompetisi yang sehat, baik, dan fair akan menghasilkan kondisi-kondisi puncak".

Nah, harapan yang besar akan keberhasilan era kebebasan ini tentu saja tidak boleh melupakan kita untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif yang mungkin timbul. Bahwa dalam kondisi kehidupan yang bebas dan penuh persaingan ini akan memunculkan kecenderungan-kecenderungan yang baru diantaranya adalah pola menghalalkan segala cara, sifat individualisme yang berlebihan, kurangnya kontrol sosial, sifat eksklusifisme beragama, permisifisme, pudarnya sifat kekeluargaan dan menurunnya kepekaan sosial.

Tak ayal lagi kondisi-kondisi seperti ini akan berdampak bagi munculnya praktek-praktek yang menyimpang seperti yang sering kita lihat di TV setiap hari. Secara keseluruhan kehidupan seperti ini akan menciptakan golongan-golongan yang kalah dan terpinggirkan. Mereka miskin, stress, terbuang, susah, dan mungkin terlempar dari masyarakatnya. Kita dapat memahami bahwa sebenarnya mereka ini terkondisi oleh keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan akses sosial, maupun ketidakberuntungan.

Untuk itulah kita sebagai umat beragama yang berbangsa tidak sepatutnya membiarkan hal ini berlangsung terus-menerus. Mereka adalah saudara kita. Mereka harus kita dekati, kita bantu, dan kita atasi permasalahannya. Setiap individu harus menghayati pentingnya kesetiakawanan dan kepekaan sosial. Janganlah selama 24 jam sehari kita hanya memikirkan kepentingan pribadi dan menahan keinginan untuk berbagi kepada sesama. Selama hati nurani masih membisiki kita tampaknya itulah jalan yang mesti kita tempuh. Tetapi apabila nafsu yang buruk lebih menguasai kita maka ia akan membawa kepada kekejaman dan kehancuran. Wallahu'alam.

Keberlangsungan Kehidupan Sosial

Kita disebut sebagai makhluk sosial karena hidup dan berkembang bersama-sama dengan orang lain dalam sebuah masyarakat yang diikat oleh norma-norma yang disepakati bersama. Didalam hubungan kemasyarakatan kita mengenal perbedaan individu dalam hal jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, dan lain-lain. Adanya perbedaan ini akan membentuk suatu pola pergaulan yang didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya saja seorang yang lebih muda lazimnya bersikap hormat kepada yang lebih tua. Seorang wanita mempunyai peran-peran tertentu yang lebih terbatas dibandingkan laki-laki dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya nilai-nilai seperti ini sedikit banyak telah mengalami perubahan. Orang-orang yang lebih mengutamakan nilai kecakapan akan menganggap usia bukan faktor utama. Juga dalam hal emansipasi wanita sekarang ini peran mereka telah menyamai kaum laki-laki. Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan dalam diri kita; apakah kedepan akan muncul bentuk masyarakat baru yang benar-benar berbeda dari yang ada sekarang?

Sesekali mungkin terlintas dalam benak Anda tentang gagasan menyatukan umat manusia dalam pergaulan global yang tidak dibatasi oleh perbedaan apapun / menganut sistem persamaan. Namun percayalah bahwa Anda tidak akan bisa menciptakan sistem persamaan itu dari nilai-nilai yang benar-benar baru. Bahkan dari dulu peradaban manusia sebenarnya hanya berubah dalam bentuk fisiknya saja sedangkan hakikat dari manusia itu sendiri tidaklah berubah. Maka sesungguhnya sistem nilai tertinggi yang diberikan kepada manusia oleh Allah adalah agama. Disini bisa kita lihat bahwa akibat manusia mempercayai dan menjalankan agama maka dapat tercipta kehidupan yang tertib dan teratur.

Kelak mungkin kita tidak akan pernah menjumpai sistem nilai yang benar-benar baru melampaui agama seperti juga tidak akan ada bentuk masyarakat yang benar-benar baru melampaui bentuk negara yang dipimpin dan diberlakukan undang-undang bagi warganya. Kecuali memang Anda mempercayai teori evolusi masih berlangsung sampai saat ini? Atau Anda menginginkan suatu masyarakat yang tanpa kelas dan tanpa perbedaan? Atau Anda menginginkan kebebasan individu yang seluas-luasnya? Jawaban dari pertanyaan ini memang tergantung dari minat Anda. Tetapi yang pasti, teori apapun yang akan diterapkan untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang ideal maka memerlukan seperangkat nilai dan peraturan yang disepakati dan menjamin keberlangsungan kehidupan sosial yang teratur. Maka kita yakin bahwa nilai-nilai yang lebih menjamin dan mendekati ideal untuk itu adalah ajaran-ajaran moral yang dianjurkan oleh agama.

Mencegah Kerusakan Alam

Dewasa ini kualitas lingkungan kehidupan kita seperti mengalami penurunan akibat dari meningkatnya pencemaran serta makin terdesaknya benda-benda alam digantikan dengan benda-benda hasil ciptaan teknologi. Lahan-lahan perkotaan dan pedesaan makin disesaki perumahan dan sarana-sarana fisik tanpa menyisakan lahan yang memadai bagi penghijauan. Pertumbuhan manusia sebagai aktor utama di planet bumi sepertinya mustahil untuk berhenti pada titik tertentu yang memberi kesempatan kepada alam untuk melakukan recovery dari kerusakannya. Kecuali suatu langkah kebijaksanaan dari manusianya sendiri untuk mau menjaga keseimbangan ekosistem alam. Dan proses yang terjadi selama ini nampaknya jauh dari yang namanya seimbang.

Pertumbuhan manusia telah berhasil mendesak lahan-lahan dan sumber kehidupan serta menghasilkan kerusakan yang tidak sedikit. Sungguh ironis, alam tempat bergantung segala kehidupan justru rusak secara perlahan akibat dominasi manusia. Unsur-unsur penting alam yaitu; tanah, air, udara, dan atmosfer telah mengalami pencemaran. Penopang utama bagi tersedianya air dan udara yang bersih yaitu hutan tak luput dari kerusakan. Sungguh kedepan suatu keadaan yang tidak bisa diprediksi akan terjadi terhadap alam kita. Dan kita yang tiap hari dibebani kebutuhan-kebutuhan lazimnya tak akan mau memikirkan hal ini kecuali terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu sendiri yang acapkali bersifat instant belaka.

Yang perlu kita lakukan demi keberlangsungan pertumbuhan generasi-generasi berikutnya adalah sebisa mungkin menjauhi sikap ingin menikmati hidup sepuas-puasnya yang berdampak cepat bagi berkurangnya sumber-sumber kehidupan. Sebaiknya kita mengambil sikap bertahan diri dari pemborosan sumber alam dan berbagi dengan generasi berikutnya bahkan seharusnya berbagi pula dengan spesies lainnya. Kiranya suatu masalah bahwa kebutuhan dalam diri manusia bersifat tidak terbatas sedangkan sumber-sumber alam terpenting kecenderungannya akan makin berkurang. Maka ajaran agama untuk menahan hawa nafsu tampaknya menjadi sangat relevan dalam kehidupan modern sekarang ini. Hanya dengan pengendalian hawa nafsu itulah tampaknya alam akan "save" dan terhindar dari kerusakan yang cepat. Dan inilah tampaknya jalan yang mesti kita tempuh untuk selalu menghindari tindakan-tindakan yang merusak alam sekecil apapun.

Remaja Pasti Penuh Harapan

Anda akan dapat menemukan banyak hal yang menarik pada diri seorang remaja. Bentuk fisiknya yang segar, bakat, idealisme, dan ambisinya yang besar serta proses pencarian diri yang sedang berlangsung dalam dirinya. Tak salah jika dikatakan bahwa mereka adalah harapan bangsa di masa depan. Dalam diri mereka tersimpan pesona yang tiada habisnya sekaligus inspirasi yang kaya bagi siapa saja. Mereka menjadi sasaran pendidikan, pasar mode, hiburan, teknologi, dan lain-lain yang mungkin paling besar dibandingkan kelompok umur yang lainnya. Mereka adalah sumber harapan yang selalu muncul dari masa ke masa.

Namun disisi lain, Anda juga dapat menjumpai problematika yang kompleks dalam dunia remaja. Kebiasaan-kebiasaan mereka yang negatif seolah malah menjadi kendala bagi pertumbuhan masyarakat yang sehat. Disinilah kiranya perhatian yang cukup besar perlu diberikan oleh para orang tua kepada mereka. Pendidikan dan tuntutan berprestasi saja tidaklah cukup. Hal ini perlu dibarengi dengan usaha menciptakan sistem yang baik di masyarakat bagi tumbuhnya prestasi dikalangan remaja. Seperti misalnya dengan mendorong mereka berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang positif yang nantinya akan membentuk karakter yang baik dalam diri mereka sehingga menjadi bekal untuk menjadi aktor yang akan menentukan arah perjalanan masyarakat kelak.

Perlu diingat bahwa wajah masyarakat dimasa depan amat tergantung dari kondisi remaja saat ini. Mungkin gambaran bahwa remaja adalah sumber harapan akan serta merta sirna tatkala kita melihat korban AIDS, pecandu narkoba, pelaku kriminal, dan lain-lain. Namun disisi lain masih banyak juga remaja yang berprestasi di bidang sains maupun organisasi-organisasi. Tinggal bagaimana para orang tua dan masyarakat mendorong mereka untuk berprestasi sesuai kemampuannya. Juga tak lupa peran pemimpin untuk selalu menghadirkan tauladan yang baik dihadapan mereka.

Kita bisa melupakan sejenak wajah-wajah mereka yang penuh harapan dan menyenangkan. Mulai saat ini kita yang telah dewasa harus senantiasa memotivasi mereka dalam setiap kesempatan. Etika yang menganjurkan "yang muda harus menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda" harus benar-benar diterapkan. Dan apabila Anda tulus ingin mendo'akan setiap remaja di lingkungan Anda, lakukan saja dan tetap lakukan demi pertumbuhan generasi dimasa yang akan datang.

Rangsangan Yang Melenakan

Mungkin Anda termasuk orang yang sering mendengar atau membaca pendapat yang menyatakan bahwa tayangan TV sekarang ini cenderung berdampak buruk terhadap masyarakat luas. Acara-acara sinetron, infotainment, film misteri, bahkan kartun disinyalir lebih menonjolkan kemewahan, kemolekan wanita, dan hal-hal yang meracuni akal seperti syirik, kekerasan, dan lain sebagainya. Penulis memandang bahwa apapun materi siaran yang ditayangkan oleh TV adalah sumber rangsangan yang dapat mempengaruhi akal dan kepribadian seseorang. Terutama sekali bagi mereka golongan usia anak-anak dan remaja yang nota bene masih rentan terhadap rangsangan dari luar. Disini kita dapat mengetengahkan hubungan yang linear antara materi pornografi dengan kasus perkosaan, materi kekerasan dengan kejahatan, bahkan tayangan kemewahan dapat merangsang seseorang untuk melakukan korupsi. Bisakah hal ini terjadi? Tentu menjadi hal yang menarik untuk dicari jawabannya.

Bahwa persoalan tingkah laku manusia adalah menyangkut boleh dan tidak boleh. Disinilah semuanya berawal. Sesuatu yang dibolehkan tentu saja menjadi ringan untuk dikerjakan namun hasilnya tidak selalu menyenangkan. Namun sebaliknya sesuatu yang dilarang untuk dilakukan bisa jadi malah menyenangkan bila dilakukan. Nah, dalam konteks ini tayangan TV yang menyerempet norma atau agama dapat saja diterima dan disiarkan dengan alasan menghibur, meningkatkan rating, atau sesuai selera masyarakat. Atas nama hiburan yang lagi booming saat ini bisa saja para pelaku menayangkan hal-hal yang sensasional, heboh, seksi, dan bermewah-mewahan. Atau bahkan hal-hal yang tidak wajar dan tidak sopan sekalipun menjadi sah-sah saja dengan alasan hal tersebut menghibur.

Ironisnya masyarakat yang telah terbiasa melihat hal ini setiap hari akan cenderung menganggap hal-hal yang menyerempet larangan tadi menjadi lumrah dan akhirnya akan membenarkan begitu saja. Parahnya masyarakat cenderung menjadikannya sebagai ukuran untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-harinya. Jadilah rangsangan-rangsangan tersebut menguat sehingga lambat laun menjebol aturan norma dan kebiasaan seseorang yang dapat memicu munculnya fenomena baru. Sebagai contoh, rangsangan kemewahan materi dapat mendorong seseorang melakukan korupsi dan tindakan menyimpang lainnya.

Lalu ada alasan menarik yang sering dilontarkan oleh insan per-TV-an bahwa apa yang mereka tayangkan adalah semata-mata memotret realitas yang terjadi di masyarakat. Sebenarnya tayangan TV yang mempengaruhi masyarakat ataukah tingkah laku masyarakat yang mempengaruhi tayangan TV? Penulis disini berpendapat bahwa kedua-duanya betul, hanya saja tayangan TV lebih berperan karena biasanya tayangan-tayangan itu telah dibumbui dengan kemasan yang apik yang lebih dapat memukau ataupun melenakan masyarakat.

Disinilah perlu disadari bahwa sebuah perubahan yang positif di masyarakat hendaknya didorong oleh tuntunan pemikiran yang dihasilkan oleh kalangan cendekia dan pemikir yang handal dan bukan oleh tontonan yang dihasilkan oleh orang-orang yang oportunis dan memetingkan kepentingan sesaat. Hasil-hasil budaya manusia yang unggul, seperti; teknologi, seni, filsafat, ilmu pengetahuan dan lain-lain hendaknya dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kebaikan bersama. Dan perlu diingat bahwa sebuah keterlanjuran akan sangat susah sekali untuk ditarik kembali. Menyebarnya virus korupsi, pornografi, dan paham-paham yang menyesatkan lainnya akan menjadi sebuah bekas luka yang akan sulit dihapuskan oleh sejarah kecuali sejarah itu sendiri memulai dirinya dari awal yang menandai hancurnya peradaban sebelumnya. Mudah-mudahan kita terhindar dari kerusakan dan semoga akan makin banyak orang yang berkarakter membangun dan memperbaiki daripada orang-orang yang suka merusak dan mementingkan diri sendiri. Amin !

Selasa, 09 Juni 2009

Hidup Teratur

Gambaran kita tentang hidup teratur tentu mengacu kepada kehidupan seorang individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Bahwa tidak ada pengecualian dalam hal ini semua orang mempunyai ritme kehidupan yang terjadwal dan periodik. Dari seorang bayi yang mengenal jadwal mandi misalnya sampai kehidupan seorang manajer yang mengatur bawahannya sekaligus mengatur dirinya sendiri supaya tidak ada waktu terbuang percuma. Mungkin akan timbul hasrat bagaimana menjalani hidup yang teratur seperti para manajer atau seperti orang-orang terkenal lainnya yang sepertinya menikmati betul kehidupannya?

Penulis disini tidak akan memenuhi harapan seperti itu karena penulis sendiri yakin bahwa siapapun Anda pasti telah hidup secara teratur menurut tolok ukur pribadi masing-masing. Yang menjadi persoalan disini adalah bahwa apabila setiap orang telah menjalani hidupnya dengan teratur seperti terjadwal lantas dari sisi manakah seseorang dapat memperoleh sebuah kebebasan? Jawabnya singkat; Anda tidak akan pernah memperoleh sedikitpun kebebasan itu apabila Anda tidak mau menikmati dan menyatu dengan keteraturan itu sendiri.

Bahwa banyak orang yang menjalani hidupnya secara terjadwal namun lebih sering mengalami stress. Mereka adalah para pelajar, mahasiswa, guru, pegawai negeri atau para staff dan karyawan kantor. Mereka begitu terkontrol dan terbebani dengan target-target tertentu maupun beban kerja yang teratur yang dapat menimbulkan kejenuhan dan stress. Persoalan sebenarnya bukan terletak pada jadwal yang ketat maupun target pekerjaan yang telah ditentukan, namun lebih kepada kurangnya kesadaran akan hakikat keteraturan dan alat apa yang akan dipakai untuk memperoleh kebebasan itu. Disinilah kita mulai mencarinya.


Bahwa kehidupan ini diciptakan Allah dalam keadaan yang teratur. Mulai dari kehidupan plankton sampai pergerakan tatasurya dan galaksi semuanya telah ditentukan oleh Allah termasuk kita sekalian. Bahkan kita sebagai khalifah di bumi ini telah diciptakan dalam keadaan paling sempurna yang tentunya telah dianugerahi banyak kenikmatan. Diantara kenikmatan itu adalah diberikannya waktu yang sama bagi setiap kita untuk bergerak dan berusaha yaitu selama 24 jam per orang.


Kita harus menyadari bahwa waktu itulah sebenarnya nikmat yang telah dibagikan kepada kita secara cuma-cuma. Maka disini kita menemukan satu alat pencapai kebebasan yang pertama yaitu waktu. Jadi apabila kita melakukan suatu pekerjaan yang dibatasi jadwal maka anggaplah jadwal itu hanya sekedar pembatas sebuah keteraturan. Yang terpenting adalah kita dapat menghabiskan waktu yang telah dijadwalkan tersebut secara tepat untuk tujuan yang mulia.


Yang kedua adalah keikhlasan dalam berbuat. Kita wajib mengembangkan sifat ini di dalam hati agar menjadi ringan segala sesuatu yang kita kerjakan. Baik itu terjadwal atau tidak, ditarget atau tidak, rasanya akan menjadi ringan bila kita menjalaninya dengan ikhlas. Yang ketiga adalah rasa syukur. Setiap pekerjaan yang kita lakukan tentulah bertujuan menghasilkan sesuatu. Apabila hasil itu telah kita peroleh maka kita wajib bersyukur kepada Allah karena dengan pertolonganNya pula kita dapat meraihnya. Bila kita melakukan hal ini maka Insya Allah akan terbebas dari stress dan dapat menikmati keteraturan hidup dengan lebih terasa kebebasannya.


Akhirnya dapat disimpulkan disini bahwa apabila kita melakukan tugas kehidupan sehari-hari maka kita harus mempunyai motif ( niat ) yang jelas, memahami tujuan, menjalankan dengan ikhlas, dan bersyukur atas hasil yang dicapai. Dengan demikian tidak akan ada lagi kejadian-kejadian menyalahkan jadwal, aturan yang ketat, maupun target. Begitulah kira-kira menjalani hidup yang teratur.

Meraih dan Mempertahankan

Setiap orang dalam hidupnya melalui jalan hidup yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh faktor pola pikir, cita-cita, dan kemampuan yang berbeda pula. Setiap orang menginginkan kesuksesan dan orang yang gagal akan selalu menyalahkan orang lain dan mengeluhkan tiadanya kesempatan bagi dirinya. Padahal semua orang mempunyai kesempatan yang sama yaitu waktu sejumlah 24 jam sehari dan kebebasan berusaha. Namun persoalannya menjadi lain dan tidak sesederhana itu mengingat faktor-faktor yang telah disebutkan di atas berbeda utnuk setiap orang.

Kalau kita berfikir bahwa ada sebagian orang yang sungguh tidak beruntung dilahirkan dari orang tua yang bodoh dan bermental buruk misalnya. Atau ada yang dilahirkan dalam keadaan miskin dan selalu dilanda kesusahan seolah kesuksesan selalu menjauhinya. Hal ini ada benarnya namun tidak selamanya demikian. Ada orang kaya yang bermental pemboros, suka hura-hura, dan bercita-cita pendek sehingga hidupnya gagal. Ada juga orang pandai yang malas dan cepat puas sehingga prestasinya tidak optimal. Singkat kata untuk menjadi orang yang berhasil dibutuhkan mental, cita-cita, dan kemampuan yang baik.

Maka dari itu tanpa memandang status sosial seseorang harus dibiasakan sejak kecil memiliki karakter yang baik, seperti; ramah, suka menolong, ulet, rajin, gembira, suka bekerjasama, dan lain-lain. Hendaknya hal ini dapat dicapai melalui pendidikan di sekolah. Mereka dilatih untuk memiliki karakter yang unggul, tidak hanya terbatas menekankan penguasaan teori dan rumus-rumus semata. Nanti akan terlihat bahwa mereka yang berhasil di masyarakat tidak melulu mereka yang menduduki top ranking sewaktu sekolah. Mereka ini tetap membutuhkan kelebihan dalam bidang lain, seperti; organisasi, wirausaha, olah raga, seni, dan lain sebagainya. Kita menghargai sosok orang yang menguasai ilmu tetapi lebih mengutamakan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah ironi di dalam masyarakat sendiri bahwa sosok orang yang berilmu, sederhana dan bersahaja hidupnya kurang diminati lagi oleh kalangan muda. Mereka lebih mengedepankan segi materi untuk mengukur keberhasilan seseorang karena mereka telah dijangkiti paham materialistis dan hedonisme.

Kembali kepada masalah mental, tampaknya kurang lengkap apabila dalam diri seseorang yang telah memiliki karakter, cita-cita, dan kemampuan yang baik tidak memiliki kapasitas spiritual yang memadai. Disini seseorang tersebut dituntut memiliki kematangan spiritual yaitu mampu mengintegrasikan nilai-nilai moral agama dalam dirinya sehingga akan menjadi orang yang bermental dan berkemampuan baik sekaligus berakhlaq mulia. Tentu saja gambaran ideal selalu sulit kita temukan dalam kenyataan. Namun kita dapat mengambil kesimpulan disini bahwa untuk meraih keberhasilan kita harus sebisa mungkin mendekatkan diri kepada karakter dan mental yang baik dan menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk.

Maka bagi Anda yang telah berhasil atau yang merasa telah berhasil, selamat...! Anda pantas meraihnya karena memang Anda memiliki beberapa keunggulan mental dan kemampuan. Mungkin Anda orang yang rajin, pemberani, jujur, atau pandai berkomunikasi. Pertahankanlah terus keunggulan yang Anda telah memilikinya. Lalu bagi Anda yang belum berhasil, segera berusaha memiliki mental yang positif yang penulis yakin sesungguhnya Andapun memilikinya hanya saja Anda kurang menyadari atau kurang mau mengembangkan. Carilah satu atau beberapa sifat yang baik dalam diri Anda niscaya Anda akan menemukannya. Wallahu'alam !

Ilham Baik dan Ilham Buruk

Setiap kita telah diilhami dalam hati sesuatu yang baik dan buruk. Adapun kedua ilham tersebut silih berganti menyinggahi hati untuk menggerakkan kita melakukan aktifitas yang berguna maupun aktifitas yang merugikan. Suatu ilham akan memberikan sebuah hasil yang baik apabila kita melakukannya dengan sungguh-sungguh. Tetapi apabila kita enggan mengerjakan maka akan hilang satu kesempatan dan prospek hasil yang seharusnya kita dapatkan. Maka kita dituntut siaga untuk menentukan pilihan mana yang akan kita ambil berdasarkan ilham yang ada. Karena setiap tindakan mengandung resiko maka hanya orang yang mampu dan berani saja yang akhirnya akan berhasil.

Memang ilham yang baik dan buruk dengan demikian dapat diibaratkan sebagi sebuah jalan untuk memperoleh solusi dari suatu permasalahan. Begitulah cara kerja nasib. Kita disediakan ilham-ilham yang senantiasa hadir untuk kita sikapi dan kita pilih diantara yang baik dan buruk yang akan bermuara kepada hasil yang menentukan. Dan apabila Anda telah menetapkan suatu pilihan maka jalan ke arah sana akan terbuka lebar.

Mungkin sebuah contoh dapat penulis kemukakan disini dan nanti akan diketahui bahwa sifat ilham itu bertingkat dengan kemungkinan hasil yang bervariasi pula. Pertama, dalam kegiatan sehari-hari kita sering menghadapi pilihan sebagai berikut; kita dituntut memilih antara melakukan sesuatu sekarang atau menunda nanti, esok, bahkan lusa. Mmemilih antara melakukan pekerjaan yang menempati prioritas tertinggi atau malah memilih pekerjaan yang memiliki resiko rendah. Disinilah kita menyadari bahwa masing-masing pilihan diatas tentu menghasilkan hasil yang berbeda. Maka inilah yang disebut bahwa sifat ilham dikatakan bertingkat.

Kedua, kita yakin bahwa dalam diri kita pasti selalu terilhami untuk melakukan hal yang terbaik untuk mengatasi setiap permasalahan. Namun karena malas, enggan, atau merasa kurang mampu maka akhirnya kita mengabaikan ilham-ilham yang baik sehingga hilanglah satu kesempatan berharga bahkan sebaliknya kita terjerumus kedalam tindakan yang buruk dan kontraproduktif. Maka disini dapat dipertegas bahwa ilham dapat bertingkat dari paling buruk berpuncak kepada paling baik tergantung kesigapan kita untuk melakukan yang mana. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa "hidup adalah soal pilihan".

Kita tidak boleh menyesali segala sesuatunya karena kitalah yang telah menentukan sehingga menjadi seperti sekarang ini. Anda boleh berandai-andai; seandainya dulu begini tentu begini, dan seterusnya. Tapi semua itu telah lewat dan boleh jadi kita hanya kurang tepat dalam merespon ilham yang telah Allah hadirkan di dalam hati kita. Dan harus kita ingat bahwa ilham yang baik akan sama banyaknya dengan ilham yang buruk. Boleh jadi kita sudah mampu merespon dengan kuat ilham yang baik, namun disaat yang bersamaan kita dikuasai ide-ide yang buruk, maka bila kita menjadi lemah justru malah memilih melakukan perbuatan buruk. Nah, begitulah kira-kira cara kerja ilham tersebut.

Melukis Masa Depan

Mungkin Anda merasa remeh dengan judul diatas, sebuah kata yang mungkin sudah sering Anda dengar dan Anda pun sudah mengerti kira-kira apa maksudnya. Namun penulis disini yakin bahwa ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dibicarakan mengenai sebuah masa depan. Ada beberapa sisi menarik maupun pertanyaan yang bisa diajukan disini diantaranya adalah apa hakikat sebenarnya dari melukis masa depan itu sendiri? Kemudian bagaimana seseorang dapat mempersiapkan diri sekaligus menghindari kegagalan di masa depannya? Nah disini akan sedikit penulis uraikan sekedarnya.

Bahwa masa depan adalah sebuah rentang waktu yang akan kita alami nanti jauh setelah masa sekarang ini. Jadi setiap orang akan mengalami saat nanti dimana saat itu belum pasti akan seperti apa kejadiannya. Namun tidak ada salahnya Anda merencanakan apa yang akan Anda alami dan nikmati di waktu mendatang. Ibaratnya Anda bisa mendesain masa depan Anda dengan imajinasi dan pola pikir yang dimiliki serta dengan memperhatikan kendala-kendala yang mungkin timbul dengan didorong oleh kemauan yang Anda miliki.
Hal ini sebenarnya wajar bagi kebanyakan kita. Bahkan bagi kalangan tertentu misalnya remaja, mereka hanya mengandalkan imajinasi saja dalam merancang masa depannya. Namun kita perlu meyakini bahwa kejadian-kejadian yang terjadi nanti adalah lebih banyak bukanlah kejadian yang kita duga sebelumnya. Nah, hal ini menunjukkan bahwa ada faktor yang perlu kita perhatikan disini.

Faktor tersebut adalah realitas yang melingkupi seseorang yang dapat memaksa seseorang untuk memilih jalan hidup yang lebih logis tidak harus sama dengan apa yang diinginkan. Maka kita sering melihat seseorang gagal dengan apa yang telah ia rencanakan. Hal ini wajar memang yang namanya realitas selalu menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengannya. Namun bukan berarti selamanya imajinasi kita salah. Banyak orang yang mengalami keberhasilan dan merasakan apa-apa yang didapatkan sekarang ternyata adalah sesuatu yang pernah diangankan sebelumnya. Dan perlu diingat bahwa diatas itu semua ada kekuatan yang lebih menentukan yaitu Allah SWT.


Nah, itulah makna dari melukis masa depan. Dengan rasio kita seolah-olah dapat mengkalkulasi pilihan-pilihan hidup yang terbentang di depan kita. Kita mempunyai kemampuan tertentu untuk mewujudkan apa keinginan kita. Dan jalan pikiran yang kita miliki sekarang sesungguhnya akan menentukan bagaimana kita nantinya. Untuk itulah kita seharusnya membiasakan diri untuk menjadi "pelukis" yang jeli dalam menentukan masa depan yang kita inginkan, jangan ngawur dan tidak terarah. Gunakan cara berfikir positif dalam menghadapi setiap permasalahan. Nantinya akan terbentuk pola pikir yang menetap yang akan selalu kita gunakan dalam setiap kondisi.


Pendek kata jalinan pemikiran, perbuatan, dan kebiasaan akan membentuk masa depan Anda. Untuk itulah mulai sekarang Anda perlu membuat jaringan dan hubungan yang menguntungkan yang akan membentuk jalur yang mantap dalam hidup Anda. Maksudnya Anda harus membuat jalinan persahabatan yang menguntungkan, melakukan aktifitas-aktifitas yang produktif dan berusaha mendapat kepercayaan dari orang-orang sekitar sehingga masa depan Anda menjadi mudah dan lancar.