Selasa, 09 Juni 2009

Hidup Teratur

Gambaran kita tentang hidup teratur tentu mengacu kepada kehidupan seorang individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Bahwa tidak ada pengecualian dalam hal ini semua orang mempunyai ritme kehidupan yang terjadwal dan periodik. Dari seorang bayi yang mengenal jadwal mandi misalnya sampai kehidupan seorang manajer yang mengatur bawahannya sekaligus mengatur dirinya sendiri supaya tidak ada waktu terbuang percuma. Mungkin akan timbul hasrat bagaimana menjalani hidup yang teratur seperti para manajer atau seperti orang-orang terkenal lainnya yang sepertinya menikmati betul kehidupannya?

Penulis disini tidak akan memenuhi harapan seperti itu karena penulis sendiri yakin bahwa siapapun Anda pasti telah hidup secara teratur menurut tolok ukur pribadi masing-masing. Yang menjadi persoalan disini adalah bahwa apabila setiap orang telah menjalani hidupnya dengan teratur seperti terjadwal lantas dari sisi manakah seseorang dapat memperoleh sebuah kebebasan? Jawabnya singkat; Anda tidak akan pernah memperoleh sedikitpun kebebasan itu apabila Anda tidak mau menikmati dan menyatu dengan keteraturan itu sendiri.

Bahwa banyak orang yang menjalani hidupnya secara terjadwal namun lebih sering mengalami stress. Mereka adalah para pelajar, mahasiswa, guru, pegawai negeri atau para staff dan karyawan kantor. Mereka begitu terkontrol dan terbebani dengan target-target tertentu maupun beban kerja yang teratur yang dapat menimbulkan kejenuhan dan stress. Persoalan sebenarnya bukan terletak pada jadwal yang ketat maupun target pekerjaan yang telah ditentukan, namun lebih kepada kurangnya kesadaran akan hakikat keteraturan dan alat apa yang akan dipakai untuk memperoleh kebebasan itu. Disinilah kita mulai mencarinya.


Bahwa kehidupan ini diciptakan Allah dalam keadaan yang teratur. Mulai dari kehidupan plankton sampai pergerakan tatasurya dan galaksi semuanya telah ditentukan oleh Allah termasuk kita sekalian. Bahkan kita sebagai khalifah di bumi ini telah diciptakan dalam keadaan paling sempurna yang tentunya telah dianugerahi banyak kenikmatan. Diantara kenikmatan itu adalah diberikannya waktu yang sama bagi setiap kita untuk bergerak dan berusaha yaitu selama 24 jam per orang.


Kita harus menyadari bahwa waktu itulah sebenarnya nikmat yang telah dibagikan kepada kita secara cuma-cuma. Maka disini kita menemukan satu alat pencapai kebebasan yang pertama yaitu waktu. Jadi apabila kita melakukan suatu pekerjaan yang dibatasi jadwal maka anggaplah jadwal itu hanya sekedar pembatas sebuah keteraturan. Yang terpenting adalah kita dapat menghabiskan waktu yang telah dijadwalkan tersebut secara tepat untuk tujuan yang mulia.


Yang kedua adalah keikhlasan dalam berbuat. Kita wajib mengembangkan sifat ini di dalam hati agar menjadi ringan segala sesuatu yang kita kerjakan. Baik itu terjadwal atau tidak, ditarget atau tidak, rasanya akan menjadi ringan bila kita menjalaninya dengan ikhlas. Yang ketiga adalah rasa syukur. Setiap pekerjaan yang kita lakukan tentulah bertujuan menghasilkan sesuatu. Apabila hasil itu telah kita peroleh maka kita wajib bersyukur kepada Allah karena dengan pertolonganNya pula kita dapat meraihnya. Bila kita melakukan hal ini maka Insya Allah akan terbebas dari stress dan dapat menikmati keteraturan hidup dengan lebih terasa kebebasannya.


Akhirnya dapat disimpulkan disini bahwa apabila kita melakukan tugas kehidupan sehari-hari maka kita harus mempunyai motif ( niat ) yang jelas, memahami tujuan, menjalankan dengan ikhlas, dan bersyukur atas hasil yang dicapai. Dengan demikian tidak akan ada lagi kejadian-kejadian menyalahkan jadwal, aturan yang ketat, maupun target. Begitulah kira-kira menjalani hidup yang teratur.

1 komentar:

  1. Thx utk infonya..mampir yuk ke http://elementmtb.com/pulihkan-energi-saat-gowes-dengan-susu-coklat/

    BalasHapus